Rabu, 15 Januari 2020

Berburu Sang Mentari di TNBD

 Gambar 1. Keindahan Sunrise di Bukit Bogor, Desa Bukit Suban

          Langit masih kelam tak menyurutkan semangat untuk berburu Sang Mentari. Ketika sebagian orang tengah nyaman berbaring di dipan. Usai salat subuh, kami bersiap-siap untuk mendaki ke atas Bukit Bogor untuk melihat Sang Mentari di ufuk timur. Suasana sejuk dan sedikit gulita, kami memacu kuda besi melewati pemukiman warga, kebun sawit, sawah dan lumbung. Tujuannya untuk menikmati matahari terbit (sunrise) di Taman Nasional Bukit Duabelas. Beruntung... sunrise yang dinanti tiba dengan kondisi langit yang bersih.
 Gambar 2. Selimut Bukit Suban

          Oh.... eloknya negeri, suara alam yang menyejukkan jiwa. Kesegaran udara berasal dari pepohonan yang tumbuh subur di TNBD. Lalu mata dimanjakan dengan keelokan bukit yang berselimut kabut. Sebanding perjuangan untuk sampai di puncak bukit, terbalas dengan keindahan alamnya. Asli tenang sekali...

Gambar 3. Panorama Taman Nasional Bukit Duabelas, Sarolangun

          Kemah di puncak bukit menjadi alternatif yang menarik untuk dicoba. Ada dua hal yang didapat sunset dan matahari terbenam (sunrise). Selain itu, ketika kemah pengunjung bisa menikmati bintang gemintang di kawasan TNBD. Moment langkah dan berharga yang tak boleh disia-siakan karena tak semua orang bisa mendapatkan momen ini. Jika sudah di Desa Bukit Suban, kamu bisa kemah dengan didampingi oleh pemandu lokal, mereka siap memfasilitasi keperluan dari pengunjung.
Dalam beberapa kesempatan, ada beberapa pengunjung yang kurang beruntung karena matahari terbit saat suasana berawan dan kadang kala mendung. Sehingga diperlukan kejelian untuk mempredikasi kondisi alam. Jika kamu belum mahir, bisa menggunakan pemandu lokal yang tentunya lebih memahami jalur, medan dan teknisnya. So.... Sampai jumpa di Desa Bukit Suban, Sarolangun (Ita).


Info Desa Wisata lebih lanjut dapat dilihat pada laman berikut :

Desa Bukit Suban
https://desawisatabukitsuban.blogspot.com/
https://www.instagram.com/ekowisata_bukit_bogor/
https://web.facebook.com/ekowisata.ekowisata.7

Desa Jernih

Desa Pematang Kabau
https://desawisatapematangkabau.blogspot.com/

Sabtu, 11 Januari 2020

Desa Ekowisata di Kawasan TNBD


Gambar 1. Suasana Balai Desa Bukit Suban

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan data tarik wisata. Pada umumnya wisata dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara. Ada dua jenis wisata yaitu wisata masal dan wisata minat khusus. Wisata masal bisanya dikunjungi oleh wisatawan dalam jumlah banyak seperti berwisata ke pantai. Sedangkan wisata minat khusus, hanya dilakukan oleh segelintir orang yang memiliki ketertarikan tertentu misalnya wisata ekstrim, wisata sejarah, wisata budaya, dan wisata kuliner.
          Dalam empat dekade, sektor pariwisata ditinjau memberikan dampak pada aspek sosial dan lingkungan diantaranya populasi, tempat, kemakmuran, polusi, dan perlindungan kawasan. Sektor pariwisata global dievaluasi oleh para ahli dan diketahui bahwa masih jauh dari konsep pembangunan berkelanjutan atau sustainable Development Goals (SDGs). Sehingga seluruh dunia mengakui perlunya pariwisata yang berkelanjutan.
Pariwisata berkelanjutan atau pariwisata hijau sebagai bentuk rekonseptual sektor pariwisata yang mencerminkan pembangunan berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan mensinergikan nilai-nilai konservasi, ekonomi, dan pelestarian tradisi budaya. Prioritas pariwisata masa depan berperan dalam perlindungan area publik, peningkatan akutansi lingkungan, dan persepsi yang bertanggung jawab dalam mengatasi perubahan iklim. Jadi pariwisata berkelanjutan berfokus pada ekologi, ekonomi dan sosial-budaya.


Gambar 2. Narasumber menjelaskan konsep ekowisata

Ekowisata sebagai pariwisata yang berkelanjutan. Ada tiga pilar dari ekowisata terdiri dari lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata bertanggung jawab atas kelestarian alam, mampu melestarikan tradisi budaya masyarakat setempat dan mensejahterahkan secara ekonomi, dan wisatawan yang datang mendapatkan pembelajaran dalam perjalanan wisatanya. Prinsip-prinsip ekowisata diantaranya:
1.     Mencegah dan menangggulangi dampak negatif.
2.    Pendidikan konservasi lingkungan.
3.    Pendapatan langsung untuk kawasan.
4.    Partisipasi masyarakat dalam perencanaan.
5.    Penghasilan masyarakat.
6.    Menjaga keharmonisan dengan alam
7.    Mempertimbangkan daya dukung lingkungan.
    Pengelola desa wisata yang berada di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) diarahkan untuk menerapkan konsep ekowisata. Seyogyanya, pengelola dapat juga mengembangkan potensi objek daya tarik wisata alam (ODTWA) karena panorama alam dan biodiversitas TNBD cukup tinggi. Alam TNBD memiliki hutan hujan tropis, ait terjun, air panas, dan perbukitan. Keberagaman budaya masyarakat pun menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk mengenal kehidupan Suku Anak Dalam (SAD) atau Orang Rimba. Masyarakat desa juga memiliki tradisi budaya yang masih dilestarikan seperti pantau, silat dan biduk sayak.
Produk wisata dari desa wisata dapat berupa barang, jasa, atraksi dan fasilitas wisata. Sehingga kebutuhan wisatawan berkunjung ke desa wisata dapat terpenuhi. Pada umumnya tujuan wisata ke desa wisata untuk menikmati, melihat, membeli, melakukan, mengkonsumsi, dan belajar atas produk wisata yang ditawarkan. Oleh karena itu, pengelola desa wisata Perlu mengemasan produk wisata dan menawarkan pengalaman baru bagi wisatawan seperti atraksi budaya, wisata kuliner, dan paket edukasi. 
Sebuah harapan muncul, desa-desa yang berada di kawasan TNBD dapat berkembang menjadi desa wisata yang ramah lingkungan dan terpadu. Sehingga para wisatawan yang berkunjung dapat menikmati alam, beragam budaya dan mendapatkan pengalaman baru (Ita).

Ingin tau lebih banyak tentang Desa Wisata di Air Hitam, Sarolangun (Kawasan TNBD)
Desa Wisata Bukit Suban
https://www.instagram.com/ekowisata_bukit_bogor/
https://web.facebook.com/ekowisata.ekowisata.7
 
Desa Wisata Jernih
https://desawisatajernih.blogspot.com/
https://www.instagram.com/damayikmuap/

Desa Wisata Pematang Kabau

Jumat, 03 Januari 2020

Pelatihan Pemandu Wisata di Desa Bukit Suban, Sarolangun

  
Gambar 1. Suasana pelatihan pemandu wisata di Desa Bukit Suban
 Sarolangun- Pelatihan Pemandu Wisata sebagai bentuk pengembangan kapasitas pengelola desa wisata di Kecamatan Air Hitam. Pak Saiful sebagai perwakilan Kantor Desa Bukit Suban membuka pelatihan. Jumlah peserta yang hadir ada 25 orang terdiri dari kelompok sadar wisata: Desa Bukit Suban, Desa Pematang Kabau, dan Desa Jernih.  Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 2019 di Balai Desa Bukit Suban. Pelatihan ini diselenggarakan oleh akademisi sebagai bentuk pengabdian masyarakat.

Gambar 2. Peserta memberikan respon balik tentang pengalaman menjadi pengelola wisata

Desa Bukit Suban merupakan sebuah desa yang berlokasi di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun. Desa Bukit Suban dijadikan sebagai desa wisata yang menyangga kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Berdasarkan penuturan warga, sebagian besar pengelola dan kelompok sadar wisata belum pernah mendapatkan pelatihan tentang pemandu wisata. Pengembangan desa wisata perlu disokong oleh sumber daya manusia yang mumpuni. Selain itu, beberapa desa lain seperti Desa Jernih dan Desa Pematang Kabau juga  memiliki kondisi yang serupa. Oleh karena itu, pelatihan pemandu wisata dan pengolaan homestay sangat dibutuhkan bagi kelompok wisata di Kecamatan Air Hitam.

Gambar 3. Peserta mempraktikan kegiatan pramuwisata
 
Peserta tak sakadar menyimak materi dari para narasumber, mereka juga diajak terlibat aktif dalam berbagai kesempatan seperti tanya jawab dan praktik kepemanduan. Narasumber mendemostrasikan tata cara menyambut wisatawan dan menjelaskan terkait teknis pemandu wisata. Ketika memandu ada tiga bagian yang perlu diperhatikan yaitu
a.       Pengenalan diri dan pengarahan, terlebih dahulu pemandu mesti mengetahui informasi individu atau kelompok yang akan difasilitasi (jika sudah melakukan reservasi). Apabila menemukan wisatawan on the spot, maka pemandu bisa menawarkan jasa secara langsung. Pemandu menanyakan hal yang dibutuhkan oleh wisatawan. Lalu pemandu memperkenalkan identitas diri, menyampaikan hal-hal yang diperbolehkan dan dilarang. Sebaiknya, pemandu dapat beradaptasi dengan baik dan membuat suasana melebur.
b.      Penjelasan destinasi wisata, pemandu menyampaikan informasi seputar destinasi. Sebaiknya informasi dikemas dengan baik dan menarik, sehingga wisatawan dapat menyerap dengan baik. Kemudian pemandu juga bisa melakukan tanya jawab dan pertukar pengalaman dengan wisatawan. Lalu pemandu mengantarkan wisatawan ke titik wisata selanjutnya.
c.       Penutup, kegiatan ini merangkung beragam aktivitas yang telah dilakukan. Pemandu wisata menyampaikan ucapan terima kasih kepada wisatawan telah bersedia berkunjung. Jika terjadi kekeliruan dalam tindak tandu dan perkataan, pemandu mohon maaf. Selain itu, pemandu juga mengingatkan untuk mempromosikan destinasi wisata kepada khalayak ramai (online dan offline).

 Gambar 4. Sesi foto bersama narasumber dan peserta pelatihan pemandu wisata

Selanjutnya peserta ditantang untuk mempraktikan hal yang serupa secara bergantian. Perwakilan desa menjalaskan potensi desa wisata masing-masing. Desa Pematang Kabau diwakili oleh Teguh menjelaskan Depot Tumbuhan obat dan pematang sawah Matraman. Kemudian Indra mewakili Desa Jernih melakukan simulasi pemandu dengan menjelaskan wisata Ayik Muap. Sesi terakhir, Mbah Godong menjadi pemandu Desa Bukit Suban dan menjelaskan wisata Bukit Bogor (ita).

Cek Laman berikut:
Desa Wisata Jernih, https://desawisatajernih.blogspot.com/